Seks saat Kehamilan |
Pernahkah Anda (dan pasangan) bertanya-tanya, berhubungan
intim/suami istri di saat hamil bulan awal (trimester pertama dan kedua) apakah
berisiko menyebabkan keguguran ?
Sedang asik-asiknya duduk, lalu istri senyum-senyum sambil
berkata begini : “Ayah, nanti kalau Bunda sedang hamil, gak boleh berhubungan
loh.”
Jeduueerrr!!! Mendadak cuaca berubah. Langit mendung. Angin
bertiup kencang. Suasa horor mencekam!....bagi suami tentunya.
Help me dok!! Terdengar rintihan para suami meminta
penjelasan.
Setelah membaca lagi, rupanya tidak ada kaitan erat antara
berhubungan dengan keguguran pada kehamilan awal bulan.
Begitupun dalam beberapa penelitian, pengaruh sperma suami
dan kejadian keguguran pada janin justru terjadi karena kualitas sperma suami.
Bukan pada sperma suami ketika sudah hamil.
Dapat dipahami ya ?
Jadi, resiko untuk keguguran justru dipengaruhi oleh
kualitas sperma suami ketika akan terjadi pembuahan dengan sel telur wanita.
Belum ada penelitian yang lebih luas mengenai pengaruh cairan sperma terhadap
kemungkinan terjadinya keguguran.
Bagaimana, para suami sudah mulai lega ya???
Tapi apakah ini menjadi alasan untuk bebas berhubungan suami
istri dengan intensitas seperti sebelum hamil?
Kami rasa perlu dipertimbangkan juga beberapa faktor ini :
1.
Sangat mungkin bahwa kelelahan akan
meninggkatkan kontraksi otot rahim. Jadi, berhubungan suami istri hingga
menimbulkan kelelahan tentu sangat tidak diharapkan yang akan meningkatkan
resiko keguguran. Lebih baik kiranya ibu hamil mendapatkan waktu istirahat
cukup bagi dirinya dan si buah hati.
2.
Beberapa ahli menyarankan ketika berhubungan
suami istri perlu diperhatikan posisi “perangnya”. Harapannya, jangan sampai
menekan kandungan ibu sehingga meningkatkan kontraksi rahim. Posisi wanita di
atas atau posisi duduk bisa jadi pilihan. Selebihnya, suami dan istri dapat
mengeksplorasi posisi-posisi yang nyaman bagi berdua.
3.
Emosi sang ibu tentunya aka berubah, ditambah
lagi libido ibu yang mulai berubah sedikit menurun. Memahami keadaan ini juga
penting sehingga tidak terlalu memaksakan untuk berhubungan suami istri.
Memaksakan diri tentu saja tidak baik bagi perkembangan psikologis ibu. Tekanan
psikologis pada ibu dipercaya mempengaruhi perkembangan janin juga. Namun,
apakah ada kaitannya dengan resiko keguguran, masih belum diketahui.
Ada beberapa hal yang mutlak dan perlu diperhatikan ketika
akan berhubungan suami istri. Hal-hal ini berkaitan dengan keadaan medis ibu
hamil, sehingga konsultasi dengan bidan/dokter/ dokter kandungan sangat
diperlukan. Beberapa kondisi medis yang dikhawatirkan dapat meningkatkan resiko
keguguran apabila pasangan tetap melakukan hubungan intim/suami istri
diantaranya :
1.
Sang ibu diketahui memiliki riwayat “lemah rahim”
atau mengalami keguguran pada kehamilan sebelumnya.
2.
Mengalami riwayat perdarahan di masa kehamilan.
3.
Mengalami riwayat rembesan air ketuban selama masa
kehamilan.
4.
Diketahui sedang mengandung anak kembar.
5.
Diketahui posisi plasenta berada di bawah atau
dekat dengan jalan lahir.
6.
Suami menderita penyakit menular seksual
Bagaimana? Bisa dipahami ya?
Sekarang, ajak berdiskusi pasangan Anda. Semoga penjelasan
singkat di atas menjadi angin segar tidak hanya bagi para suami, juga bagi ibu-ibu
hamil sehingga lebih nyaman dalam menjalani masa kehamilannya.
Selamat menikmati waktu yang berkualitas bersama pasangan
Anda =)
Untuk mendapatkan bahan bacaan lebih jauh, dapat dilihat di
: www.ncbi.nlm.nih.gov dan
www.miscarriagesupport.org.nz dan https://www.fitpregnancy.com/pregnancy/sex-relationships/best-sex-positions-pregnant-women
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana menurut Anda ?